Profil Desa Ngandagan

Ketahui informasi secara rinci Desa Ngandagan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Ngandagan

Tentang Kami

Profil Desa Ngandagan, Pituruh, Purworejo. Temukan potensi unik dari sentra penghasil melinjo dan kerajinan biji jenitri (ganitri), serta geliat UMKM emping. Dilengkapi data geografi, demografi, dan inovasi ekonomi desa di perbukitan Purworejo.

  • Pusat Komoditas Melinjo dan Jenitri

    Desa Ngandagan merupakan sentra utama penghasil melinjo di Kecamatan Pituruh yang menopang industri UMKM emping, serta menjadi salah satu penghasil utama biji jenitri (ganitri) yang memiliki nilai ekonomi dan spiritual tinggi.

  • Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal

    Perekonomian desa digerakkan oleh UMKM yang mengolah sumber daya lokal secara turun-temurun, terutama produksi emping melinjo dan kerajinan tangan dari biji jenitri yang pasarnya telah menembus tingkat nasional dan internasional.

  • Lokasi Perbukitan dengan Potensi Agrosilvofultur

    Berada di kawasan perbukitan, desa ini menerapkan sistem pertanian tumpang sari (agrosilvofultur) yang memadukan tanaman keras (melinjo, jenitri, kelapa) dengan tanaman semusim, menciptakan model pertanian yang berkelanjutan dan tahan terhadap erosi.

XM Broker

Terletak di kawasan perbukitan Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Desa Ngandagan memancarkan pesonanya sebagai sebuah wilayah yang kaya akan sumber daya alam dan kearifan lokal. Jauh dari citra desa agraris yang hanya bergantung pada tanaman pangan, Ngandagan berhasil membangun identitas ekonominya sebagai sentra utama penghasil melinjo dan biji jenitri (dikenal juga sebagai ganitri atau rudraksha). Kekayaan alam ini tidak hanya menjadi sumber bahan mentah, tetapi juga menjadi fondasi bagi tumbuhnya puluhan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang mengolahnya menjadi produk bernilai jual tinggi, seperti emping dan aneka kerajinan tangan, yang menjadi tulang punggung perekonomian warganya.

Geografi dan Demografi

Secara geografis, Desa Ngandagan menempati wilayah perbukitan dengan topografi yang bergelombang dan ketinggian yang bervariasi. Kontur tanah ini membentuk karakteristik penggunaan lahan yang unik, didominasi oleh perkebunan rakyat atau tegalan, bukan sawah tadah hujan. Model pertanian yang berkembang merupakan agrosilvofultur, di mana tanaman keras seperti pohon melinjo, jenitri, dan kelapa tumbuh berdampingan dengan tanaman semusim. Berdasarkan data Kecamatan Pituruh dalam Angka, luas wilayah Desa Ngandagan yaitu sekitar 3,36 kilometer persegi.Adapun batas-batas administratif Desa Ngandagan ialah sebagai berikut:

  • Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kaligondang

  • Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Wonosido

  • Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kalijering

  • Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kebumen

Menurut data kependudukan terakhir yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Purworejo, Desa Ngandagan memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.410 jiwa. Dari data luas wilayah dan jumlah penduduk tersebut, dapat dihitung kepadatan penduduk Desa Ngandagan yang mencapai sekitar 717 jiwa per kilometer persegi. Angka ini menunjukkan tingkat kepadatan yang relatif rendah, mencerminkan karakteristik permukiman di wilayah perbukitan di mana rumah-rumah penduduk tersebar di antara kebun-kebun yang produktif.

Pemerintahan Desa dan Pembangunan Komunitas

Roda pemerintahan di Desa Ngandagan digerakkan oleh Kepala Desa beserta jajaran perangkatnya, yang bekerja secara kolaboratif dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) untuk merancang dan mengimplementasikan program pembangunan. Fokus utama pemerintah desa saat ini ialah pada peningkatan infrastruktur untuk mendukung kelancaran aktivitas ekonomi warga, terutama akses jalan antardusun dan jalan usaha tani. Mengingat sebagian besar komoditas diangkut dari kebun ke rumah-rumah produksi, kondisi jalan menjadi faktor vital.Kepala Desa Ngandagan dalam sebuah kesempatan menyampaikan, "Kami terus berupaya agar Dana Desa dapat dimanfaatkan secara optimal untuk perbaikan infrastruktur jalan. Jika akses transportasi lancar, biaya angkut hasil kebun seperti melinjo dan jenitri bisa ditekan, sehingga keuntungan yang diterima warga bisa lebih besar." Selain pembangunan fisik, pemerintah desa juga aktif memfasilitasi berbagai pelatihan bagi para pelaku UMKM, bekerja sama dengan dinas terkait untuk meningkatkan kualitas produk dan memperluas jaringan pemasaran.

Potensi Ekonomi Utama: Melinjo dan Jenitri

Kekuatan ekonomi Desa Ngandagan bertumpu pada dua komoditas unggulan yang tumbuh subur di lahan perbukitan desa, yakni melinjo dan jenitri. Pohon melinjo (Gnetum gnemon) dapat ditemukan di hampir setiap jengkal kebun milik warga. Hasil panen melinjo menjadi bahan baku utama bagi industri rumahan emping yang telah berjalan secara turun-temurun. Kualitas melinjo dari Ngandagan dikenal baik, menghasilkan emping yang gurih dan renyah. Aktivitas ekonomi ini melibatkan hampir seluruh anggota keluarga, mulai dari proses memetik, mengupas, menyangrai, hingga memipihkan biji melinjo menjadi kepingan emping.Komoditas unggulan kedua yang tidak kalah pentingnya yaitu jenitri (Elaeocarpus ganitrus). Biji jenitri, yang juga dikenal sebagai rudraksha, memiliki nilai spiritual yang tinggi bagi umat Hindu dan Buddha, serta dicari untuk keperluan produk kesehatan dan aksesori. Pohon-pohon jenitri raksasa yang berusia puluhan hingga ratusan tahun tumbuh subur di desa ini. Para petani mengumpulkan biji-biji yang jatuh untuk kemudian dibersihkan dan disortir berdasarkan ukuran dan mukhi (garis/wajah). Biji jenitri dari Ngandagan memiliki pasar yang sangat luas, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga diekspor ke negara-negara seperti India dan Nepal.

Geliat UMKM: Dari Emping Gurih hingga Kerajinan Jenitri

Potensi sumber daya alam yang melimpah telah mendorong lahirnya ekosistem UMKM yang dinamis di Desa Ngandagan. Industri pembuatan emping melinjo menjadi aktivitas ekonomi harian yang paling dominan. Puluhan rumah tangga di desa ini merupakan produsen emping. Proses produksi yang masih menggunakan metode tradisional diyakini menjaga cita rasa otentik yang disukai konsumen. Para perajin menjual produk mereka baik dalam bentuk mentah maupun matang kepada para pengepul yang datang langsung ke desa atau menjualnya di pasar-pasar lokal.Seorang perajin emping senior menuturkan, "Membuat emping ini sudah menjadi nafas kami. Dari sinilah kami bisa menyekolahkan anak dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Walaupun prosesnya melelahkan, kami bangga bisa melanjutkan usaha warisan orang tua."Di sisi lain, UMKM berbasis jenitri juga menunjukkan geliat yang signifikan. Selain menjual dalam bentuk biji mentah, sebagian warga yang lebih kreatif mulai mengolah biji jenitri menjadi aneka kerajinan tangan, seperti tasbih, gelang, kalung, dan hiasan lainnya. Produk-produk kerajinan ini memiliki nilai tambah yang jauh lebih tinggi dibandingkan menjual biji mentah. Dengan bantuan pemasaran digital melalui media sosial dan marketplace, beberapa perajin muda telah berhasil menjangkau konsumen secara langsung dari berbagai penjuru Indonesia bahkan mancanegara.

Kehidupan Sosial-Budaya dan Infrastruktur

Kehidupan sosial masyarakat Desa Ngandagan sangat erat dengan nilai-nilai gotong royong dan kekeluargaan. Tradisi saling membantu, terutama dalam kegiatan pertanian dan acara hajatan, masih terpelihara dengan baik. Mayoritas penduduknya beragama Islam, dan kegiatan keagamaan menjadi salah satu perekat sosial yang kuat di antara warga.Dari sisi infrastruktur, Desa Ngandagan terus mengalami kemajuan. Jaringan listrik telah menjangkau seluruh dusun, dan akses terhadap sinyal telekomunikasi juga semakin membaik. Fasilitas pendidikan dasar seperti SD dan PAUD tersedia untuk memastikan anak-anak desa mendapatkan hak pendidikannya. Di bidang kesehatan, Posyandu menjadi andalan masyarakat untuk memantau kesehatan ibu dan anak secara berkala. Meskipun demikian, tantangan infrastruktur utama tetap pada kondisi jalan di beberapa titik yang curam dan rawan longsor saat musim hujan, yang terus menjadi prioritas perbaikan oleh pemerintah desa.

Prospek dan Tantangan di Masa Depan

Desa Ngandagan memiliki prospek yang sangat cerah untuk berkembang menjadi desa wirausaha yang mandiri. Peluang terbesar terletak pada hilirisasi produk. Untuk emping melinjo, inovasi rasa, perbaikan kemasan, dan sertifikasi produk (seperti P-IRT dan Halal) dapat membuka akses ke pasar modern seperti supermarket dan pusat oleh-oleh. Sementara untuk jenitri, pengembangan desain kerajinan yang lebih modern dan kontemporer dapat menarik segmen pasar yang lebih luas, termasuk industri fesyen.Namun beberapa tantangan perlu diantisipasi. Fluktuasi harga komoditas, baik melinjo maupun jenitri, sering kali merugikan petani dan perajin. Oleh karena itu, penguatan kelembagaan seperti kelompok usaha bersama atau koperasi menjadi penting untuk meningkatkan posisi tawar. Tantangan lainnya yaitu regenerasi perajin. Diperlukan upaya untuk menanamkan minat dan kebanggaan kepada generasi muda agar mau melanjutkan dan mengembangkan usaha warisan ini dengan sentuhan inovasi dan teknologi.Dengan modal sumber daya alam yang unik, semangat kewirausahaan yang tinggi, dan kearifan lokal yang terjaga, Desa Ngandagan memiliki potensi besar untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga bersinar sebagai contoh desa kreatif yang berhasil mengubah potensi lokal menjadi kesejahteraan global.